Krisis Eropa, Ekspor Mamin Tergerus 5 Persen

JAKARTA - Ekspor makanan dan minuman mengalami sedikit gangguan akibat krisis di Eropa, kata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Franky Sibarani. "Memang sekitar lima persen dari industri makanan dan minuman melakukan ekspor ke luar negeri, seperti nanas kaleng dan jumlahnya mengalami penurunan," katanya, Rabu (4/7). Kendati terjadi penurunan ekspor industri buah kalengan, panganan dari olahan laut dan berbahan baku kopi, cokelat, dan minyak nabati relatif stabil, kata Franky tanpa menyebut angka. Untuk mengantisipasi kerugian akibat penurunan ekspor tersebut, dia menjelaskan pengusaha mengupayakan pengalihan ekspor ke pasar di wilayah lain seperti Afrika. "Tetapi pasar bukan hanya di wilayah Eropa, misalnya Kementerian Perdagangan mendorong industri untuk ke pasar di Afrika," jelas Franky. Dia mengaku ekspor sejak awal 2011 ke wilayah Afrika sudah cukup memungkinkan dan intensitas permintaan produk ke wilayah tersebut cukup tinggi. Untuk mengembangkan ke wilayah Amerika Latin, Franky mengaku hal itu cukup berat, terutama karena masalah biaya pengangkutan produk ke wilayah tersebut. "Namun kalau di China, kami masih punya sejumlah produk unggulan yang masih bisa diterima di sana seperti buah, cokelat, dan memiliki konteks pasar yang cukup baik," tambah dia. Terkait prospek tersebut, Franky menegaskan, dunia usaha mengharapkan dukungan pemerintah untuk industri makanan dan minuman agar produk Indonesia memiliki daya saing dalam situasi krisis seperti saat ini melalui kebijakan yang mendorong pengembangan intensitas ekspor. Selain itu, kebijakan pengadaan maupun pembatasan bahan baku bagi industri makanan dan minuman diharapkan GAPMMI bisa mencukupi kebutuhan dunia usaha dalam memproduksi barang sehingga bisa meningkatkan nilai ekspor Indonesia. ant

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »